Cek Halal Produk dan Restoran di Indonesia

Halal merupakan bahasa arab, jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia maka berarti diperbolehkan, sesuatu yang baik, dan sesuai hukum. Biasanya kita mengenal istilah halal ini dilekatkan kepada barang hingga kegiatan yang memang diperbolehkan secara syariat islam.

Walaupun kita sering mengenalnya dalam makanan atau minuman, sebenarnya halal juga melekat pada kegiatan. Seperti melakukan kerja bakti di lingkungan rumah, maka itu adalah kegiatan halal.

Lalu lawan daripada halal adalah haram dan keduanya ini termasuk kedalam jenis hukum pada islam. Hukum islam lainnya adalah fardhu (wajib), mustahab (disarankan), halal atau mubah (diperbolehkan), makruh (dibenci), dan haram (dilarang).

Muslim di zaman terakhir ini memiliki kitab yang bernama Al Quran diwarisi oleh Rasulullah SAW yaitu Nabi Muhammad. Allah SWT sudah mengeluarkan panduan hidup manusia pada kitab tersebut, sehingga seharusnya kita bisa membaca dan memperoleh petunjuk dari sana.

Pada ayat Al Quran beberapa ayat yang menyatakan Allah SWT memerintahkan kepada orang yang beriman untuk memakan yang halal. Diantaranya ada pada ayat dibawah ini.

QS Al Baqarah : 168, Allah berfirman “Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagimu”.

QS An Nahl : 114, Allah berfirman “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya”.

Bagaimana bisa kita berpaling dari perintah Allah tersebut? Allah SWT dengan nyata memerintahkan manusia untuk memakan yang halal dan jika tidak, maka kita lebih memilih mengikuti langkah setan. Naudzubillah.

Rasulullah pernah bercerita tentang adanya seorang laki-laki yang sedang melakukan perjalanan. Hadits ini diriwayatkan At Tirmidzi (Sunan no.3257) di mana Rasulullah menceritakan  “..ada seorang laki-laki yang melakukan perjalanan. Ditengah perjalanan dia kemudian mengangkat tangan sambil menengadah ke langit, lalu berkata ya rabb, ya rabb, sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, maka bagaimana do’anya di kabulkan dalam kondisi yang seperti itu?”

Dari kisah tersebut dapat diambil kesimpulan ketika apa yang dimakan dan digunakan adalah haram maka akan mempengaruhi batin yang menjadikan hatinya lalai, dan membuat doanya pun tertolak.

Ini bisa juga merujuk ke ayat sebelumnya yang menyatakan ketika kita memakan yang halal juga termasuk mendapatkan rezeki dari Allah dan rezeki tersebut merupakan nikmat yang tentu diberkahi Allah.

Dengan mengkonsumsi yang halal maka insya Allah juga akan diberkahi Allah karena telah mengikuti perintahNya.

Allah berfirman “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang baik-baik (yang halal), yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah (beribadah).” (Q.S. Al-Baqarah, 2:172).

Ketika kita mengkonsumsi yang halal dan insya Allah diberkahi Allah, lalu akan berdampak pada hal selanjutnya yaitu dijadikan energi untuk berbuat kebaikan. Allah SWT tentu akan memudahkan segala urusan kita di dunia.

Hal ini juga akan selaras dengan doa-doa yang kita panjatkan yang kemudian Allah kabulkan bahkan tanpa kita minta pun, Allah akan memberikan lebih. Tentu kita sebagai manusia untuk jangan pernah lupa untuk bersyukur atas nikmat-nikmat Allah tersebut.

Salah satu bentuk rasa syukur adalah mengikuti perintahnya sehingga insya Allah kita akan diperpanjang atas kenikmatan tersebut bahkan akan ditambahkan lagi kenikmatan lainnya. Masya Allah.

Tentu pada hari akhir nanti yaitu hari dimana semua amal kita dihisab maka apa yang kita konsumsi juga akan dipertanggungjawabkan. Lalu kita mau jawab apa ketika Allah bertanya mengenai makanan hingga lainnya yang sifatnya haram?

Apakah kalian siap menjawab pertanyaan tersebut? Alangkah baiknya sedari kita masih hidup dunia untuk meninggalkan perkara haram yang akan menyulitkan saat hari pembalasan. Jangan sampai ibadah-ibadah kita tidak diterima karena makanan yang masuk kedalam tubuh kita, pakaian untuk beribadah mengandung unsur yang jelas diharamkan.